Aku dan Bandit Kecil

Maaf aku baru membaca kartu pos yang kau kirim sebulan lalu. Bukan aku tak sudi membacanya, tapi kau tahu sendiri kuliah ku mendekati libur musim dingin kali ini begitu padat. Belum aku harus kerja paruh waktu demi memenuhi kebutuhanku. Dan kau tahu tempat kerjaku pun lumayan jauh dari tempat tinggalku yang sekarang. Aku harus pergi ke stasiun Luzern sebelum pukul 6 pagi, dan jika aku beruntung kebagian tempat duduk maka aku bisa melanjutkan tidurku di kereta. Setibanya di stasiun Bern aku harus berjalan kaki sekitar 3 km untuk sampai di tempat kerjaku. Tadi pagi entah kesialan apa yang menimpaku. Aku bermimpi basah dan aku terlena dalam mimpi itu, ketika ku lihat jam  ternyata sudah menunjukan jam 6 pagi. “Ah kali ini aku telat lagi” cetus ku. Nampaknya alarm yang ku setel jam 5 pagi tak bisa mengganggu tidurku. Lantas aku hanya menggosok gigi dan mengganti pakaian dengan pakaian kerja. Bergegas untuk pergi ke stasiun.
***
Kau tahu Rebby yang pernah kuceritakan padamu? Yah ia kembali berulah, dan sialnya kali ini ia melibatkanku. Padahal aku sudah ingatkan ia jangan berurusan dengan orang-orang di kota ini. Yah dasar kepala batu ia tetep aja membandel, aku tahu ia memang sedang butuh uang. Semenjak ia di pecat di restoran La Pizza ia jadi bandit kecil. Rebby selalu berdiam  diri setiap pagi di stasiun seolah-olah ia sedang menunggu kereta, dan ketika melihat ada orang yang lengah maka ia akan melaksanakan kewajibannya sebagai bandit kecil. Menguras isi dompet si lengah. Tapi hari ini sial menghampirinya ia ketahuan oleh petugas . Ketika ia akan dibawa petugas Rebby melihatku dan memanggilku. Sontak aku tengok sebentar. Tak berselang  lama kedua petugas sudah berada tepat di depanku.
“Maaf, apakah anda saudaranya atau mengenal anak kecil ini?”
“Yah aku sangat mengenalnya.”
“Kalo begitu bisakah anda ikut kami ke kantor!!”   
“Tapi saya harus kerja jadi tidak mungkin.”
“Hanya sebentar, cuma minta keterangan saja.”
“Okelah kalau begitu.”
Ah kau tau sebentarnya itu alias seharian. Aku harus jadi bangkai menghabiskan waktu seharian di kantor polisi,  Aku harus merelakan bolos kerja sehari ini dan siap-siap kena omelan si boss untuk kedua kalinya, karena aku sudah terlalu sering lama sendiri bolos. Karena Rebby belum genap 17 tahun maka petugas tak bisa menghukumnya . Petugas menyodorkanku secarik kertas berisi pernyataan dan nominal denda yang harus dibayar. Setelah aku tandatangani, baru diperbolehkan untuk keluar kantor polisi.
Ketika diluar kantor polisi aku coba menasehatinya. Tapi tak sedikitpun ia mendengarkanku, malah dengan dinginnya ia segera pergi ke tengah keramaian. Aku berteriak “Oy dasar tak tahu diri kau Rebby!!”
Kejadian seharian dikantor polisi ini sudah membuat aku lupa untuk makan. Lantas sebelum aku pulang kerumah, aku mampir dulu ke toko untuk membeli beberapa roti keju kesukaanku. Aku memilih berjalan kaki pulang kerumah karena uangku habis untuk bayar denda anak kecil yang tak tahu diri itu. Sejam kemudian aku baru sampai dirumah dan setibanya dirumah. Rebby sudah duduk di sofa depan tv sambil meminum sebotol bir.  
Share your love
Rulfhi Alimudin
Rulfhi Alimudin

Pekerja teks komersial dan penggambar rumah. Berminat sejarah, sastra, sepakbola dan properti.

Articles: 164

Leave a Reply