Orang-orang Proyek: Kebusukan dari Kemegahan Pembangunan

Pada hakikatnya pembangunan sebuah proyek dilaksanakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, namun itu nampaknya jadi kedok dibalik praktik memperkaya diri bagi yang punya tahta dan kuasa. Inilah yang diangkat dalam buku Orang-orang Proyek karya Ahmad Tohari.

Menelisik Kebusukan di Balik Proyek

Kabul adalah seorang insinyur sipil yang dibesarkan dari keluarga miskin yang memegang teguh nilai-nilai kejujuran dan kesederhanaan. Kabul pun semasa di bangku perkuliahan aktif menjadi aktivis kampus yang sangat kritis terhadap kebijakan-kebijakan pemerintah.

Setelah lulus kuliah Kabul pun menjadi pelaksana pembangunan jembatan di Sungai Cibawor. Di sini Kabul mulai menemukan dilema antara ilmu ketekniksipilannya yang ia dapat di masa perkuliahan dengan fakta-fakta yang ia temukan di lapangan.

Beragam ‘’permainan’’ menghiasi pembangunan jembatan ini. Mulai dari menggelembungkan biaya proyek untuk kepentingan partai politik bukan untuk pembangunan proyek dan sampai dengan besi bekas digunakan untuk pembangunan proyek jembatan, yang artinya kualitas yang akan diberikan jauh dari kata kualitas, sedangkan uang yang digunakan adalah uang masyarakat.

Belum lagi atasannya Ir. Dalkijo, walau satu almamater dengan Kabul tidak menjadi jaminan mereka punya satu visi yang sama untuk membereskan proyek Jembatan ini. Ir. Dalkijo menjadikan proyek ini sebagai pelampiasan atas kemiskinan yang ia dapati keluarganya dulu.

Ir. Dalkijo yang merupakan salah satu kader sebuah partai politik telah menjadi ‘‘wong edan’’ yang menghalalkan segala cara untuk kepentingan pribadi atau kepentingan politik partainya yang menggunakan proyek ini sebagai kendaraannya perangnya.

Ini jelas bertentangan dengan Kabul yang sangat idealis, guna menyelesaikan proyek jembatan ini dengan kualitas semestinya tanpa dipolitisi. semakin hari perdebatan diantara mereka berdua semakin memuncak, akan kan Kabul tetap teguh dengan idealismenya atau tunduk dengan kepentingan partai politik yang berkuasa ?

Novel ini berlatar di tahun 1990 pada masa Orde Baru yang sedang marak-maraknya dilakukan pembangunan, penulis membawa kita menelusuri kehidupan orang orang dibalik pembangunan sebuah proyek, mengungkap praktik-praktik di balik kemegahaan sebuah Proyek.

Entah seberapa banyak jembatan atau bangunan sipil di seantero negeri ini dibangun dengan ke-sontoloyo-an yang mengebiri ilmu ketekniksipilannya yang tidak menjadikan kualitas sebagai tujuannya.

Share your love
Rulfhi Alimudin
Rulfhi Alimudin

Pekerja teks komersial dan penggambar rumah. Berminat sejarah, sastra, sepakbola dan properti.

Articles: 164

Leave a Reply