Pada sebagian masyarakat pedesaan, antar kota di Jawa Barat dan pelaku bisnis travel, pasti sudah familiar dengan mobil berbadan besar yang bernama Isuzu Elf.
Kemasyhurannya di bisnis jasa angkutan umum atau travel bukan lagi isapan jempol belaka. Namun dibalik itu semua, Isuzu Elf menyimpan kisah dan kenangan yang menyertai sanubari para penumpangnya. Jadi begini ceritanya!
Isuzu Elf yang Selalu Siap Mengantar dan Menemani
Cerita keakraban saya dengan elf (mobil peri) beserta sopirnya terjadi semasa SMK pada tahun 2008. Selepas lulus SMP, saya ditawari dua pilihan oleh orang tua, pertama meneruskan SMA di desa (sebut saja Majalaya) atau hijrah ke kota (sebut saja Bandung) tapi harus mendaftar SMK. SMK bisa!
Sebagaimana citra sebuah kota, sebuah tempat peraduan dan perubah nasib. Pasalnya segala hal selalu terlihat lebih baik di kota. Dengan pemikiran hal itu, saya menjatuhkan pilihan untuk masuk SMK di kota Bandung.
Selanjutnya, saya dihadapkan dua pilihan berikutnya. Pertama jadi anak kost atau anak jalanan (pulang pergi Majalaya-Bandung). Saya tidak memilih untuk ngekost, alasan saya sengaja PP (pulang-pergi) berharap bakal dibelikan motor. Harapan anak di usia saya saat itu.
Namun kenyataan memang pahit, permohonan motor kepada orang tua tak digubris. Salah dua alasannya yakni belum lunasnya kredit motor bapak dan saya masih di bawah umur untuk menggunakan sepeda motor ke kota. Akhirnya dengan berat hati, saya harus rela PP menggunakan elf.
Setiap hari saya harus bangun jam 4 pagi, supaya saya bisa naik elf kloter pertama pada pukul 4.30 – 5.00 pagi. Dengan menggunakan kloter pertama jaminan saya tidak akan terlambat sekolah sangat besar. Di dalam elf saya akan melanjutkan tidur dan terbangun ketika sudah berada di terminal Kebon Kelapa. Lalu naik angkot hijau bernomor 02 satu kali, baru tiba di sekolah.
Jarak Majalaya-Bandung sekitar 26 KM. Dengan menggunakan elf, bisa dijangkau sekitar 40 menit. Padahal normalnya sekitar 1 jam. Pencapaian yang hanya bisa diraih oleh elf, sebab angkutan lain belum tercatat menorehkan pencapaian serupa.
Baca juga: Kisah Si Byson yang Terlupakan Layaknya Mantan
Soal kecepatan, sopir elf ahlinya. Mereka kerap memaju mobil mini bus ini dengan kecepatan kilat, manuver di tengah sempitnya jalan pinggiran kota yang hanya dua lajur. Tak percaya coba sesekali naik elf! Adrenalinmu akan berpacu Madonna.
Saya pun sempat bertukar cerita dengan salah satu sopir angkot. Bahwa kebanyakan sopir elf adalah mantan sopir bus malam antar kota antar provinsi. Sehingga mereka kerap memiliki hasrat untuk memacu pedal gas lebih dalam, dalam, dan dalam lagi, ditambah elf menjembatinya. Duarr kolaborasi hebat terjadi.
Selain itu, sopir elf adalah pribadi yang kreatif dan banyak akal. Kursi depan yang seharusnya dua berubah menjadi tiga penumpang. Orang paling kanan (dekat dengan sopir) akan ngangkangin tuas pengoper gigi. Hati-hati dengan barangmu. Ruang duduk sopir menjadi amat sempit, ia harus duduk miring dengan posisi pantat yang lebih dekat ke pintu mobil.
Dalam kondisi seperti itu sang sopir masih bisa melajukan mobilnya dengan enjoy, seolah tak terganggu dengan posisi berkendara. Padahal saya yang pernah berada di antara tuas pengoper gigi merasa terancam dan tak enak.
Isuzu Elf yang Bandel
Isuzu Elf pertama kali diperkenalkan di pasar otomotif tanah air pada tahun 1995 dengan mengusung dua tipe yakni light truck dan minibus.
Berbekal mesin berkapasitas 2800cc diesel direct injection. Dengan cc sebesar itu membuatnya tangguh di kelasnya, tenaga yang dihasilkan bisa mencapai 100 tenaga kuda.
Selain itu, mini bus ini termasuk ringan sehingga memudahkan untuk berakselarasi di berbagai kondisi jalanan.
Meski konsumsinya solar, mobil ini tak kalah irit daripada mobil carry yang biasa dijadikan angkot. Pantas saja banyak elf jadi transportasi antar kota di daerah-daerah. Wong bensinya irit.
Pada satu waktu dan tempat berbeda, mobil elf layaknya pesawat hercules milik TNI yang siap membawa logistik ke desa terpencil dan terisolasi. Saya menyadari hal itu ketika melihat mobil elf jurusan Dewata-Ciwidey. Eits Bukan Pulau Dewata loh.
Dewata adalah desa terujung yang berada di Perkebunan Teh Dewata, Kabupaten Bandung. Untuk sampai di sana setidaknya kita harus melewati hutan lindung Gunung tilu lalu perkebunan Teh Dewata. Kondisi jalan tergolong terjal dan sempit, di mana masih terdapat jalan makadam di beberapa ruas.
Baca juga: Sepanjang Jalan Dewa(ta)
Berdasarkan cerita warga, Elf hanya beroperasi satu minggu sekali untuk mengangkut warga dan logistik dari kota Ciwidey. Setiap beroperasi tak jarang dua sampai tiga karung beserta satu kasur terjerat tali di atas dak elf. Sementara di bawahnya penumpang yang berdesakan yang tambah desak dengan barang bawaannya.
Secara struktur rangka badan mobil elf tergolong sangat kuat. Pasalnya cassing mobil dan badannya terbuat terpisah. Sehingga bagian badannya bisa di buat secara custom, sejumlah juragan elf lebih senang menggunakan karosesi buatan dalam negeri.
Sama halnya dengan elf Majalaya-Bandung, elf Dewata-Ciwidey tergolong dalam kendaraan keluaran tua. Di mana sudah terjadi karat dan keropos di sejumlah bagian serta terdapat pipa besi di pintu samping mobil. Pipa yang kerap jadi pegangan kondektur ataupun pijakan untuk menaikan barang ke atap mobil.
Mayoritas generasi tua Isuzu Elf masih dipakai sebagai angkutan umum antar kota terpencil di Jawa barat sementara generasi elf yang lebih muda lebih sering dipakai menjadi mobil biro travel ke tempat wisata. Dari sana kita bisa belajar bahwa setiap generasi mengukir kisahnya sendiri, entah itu suatu barang atau manusia.
Sekali dua tiga kali saya sengaja menggunakan elf dari Majalaya ke Bandung. Demi mengenang cerita masa lalu dan merasakan keperkasaan Isuzu Elf yang tak lekang oleh waktu.