Kisah Romantis Habibie & Ainun

Tak dapat dipungkiri bahwa menyaksikan film biopik yang mengisahkan tokoh besar selalu menghadirkan inspirasi. Lakon kehidupannya bagaikan pelita yang bisa menyinari generasi selanjutnya untuk mewarisi semangat dalam menyongsong berbagai rintangan di masa depan.

Salah satu film yang saya maksud ialah Habibie & Ainun. Film ini tak hanya memperkenalkan kita kepada sosok jenius yang pernah dimiliki oleh Indonesia bernama Bacharuddin Jusuf Habibie. Namun mengantarkan lebih jauh daripada itu, yaitu tentang sisi personal beliau dalam merawat tulusnya rasa cinta terhadap seorang istri yang sangat dicintai. 

Romansa Habibie & Ainun

Film Habibie & Ainun diadaptasi dari novel otobiografi yang ditulis sendiri oleh Habibie sebagai memoar untuk istri tercinta. Dalam film berdurasi 120 menit ini menitikbertakan pada kisah romantis antara Habibie dan Ainun sejak pertama kali berjumpa kembali hingga mereka berpisah. Diceritakan bahwa Habibie (Reza Rahardian) yang kuliah di Jerman pulang ke Indonesia. Setibanya di sini, Habibie bertemu kembali dengan teman semasa sekolahnya dulu yang bernama Ainun (Bunga Citra Lestari).

Pertemuan itu nyatanya membuat Habibie jatuh cinta kepada Ainun. Dari sini kita diajak menikmati romantisme masa muda era-60an. Mulai dari bagaimana Habibie menaklukan saingannya dengan amat elegan, menaklukan hati orang tua Ainun hingga cara melamar yang sangat memorable. Yah adegan di dalam becak.

Pasca menikah, Ainun ikut pergi bersama Habibie ke Jerman. Ainun rela meninggalkan karirnya sebagai dokter di Indonesia. Di Jerman mereka menjalin rumah tangga dengan segala keterbatasan. Namun kekurangan menjadi romantisme tersendiri yang hadir dalam keluarga anyar.

Harapan adalah penawar untuk tetap bertahan dari masa yang sulit. Harapan itu berupa janji Habibie untuk membuatkan Ainun sebuah pesawat, hingga membangun industri berteknologi tinggi di Indonesia. Hal-hal tersebut menjadi sumber kekuatan pasangan muda ini menghadapi masalah-masalah.

Berkat segala prestasi yang diraih ketika Jerman, akhirnya Habibie dipanggil kembali ke Indonesia oleh pemerintah order baru guna membangun teknologi dan industri hi-tech. Namun jangan harap kita diberikan gambar tentang cara membangun pesawat, sebagaimana telah saya sampaikan dalam film ini lebih mengangkat sisi romantisme personal seorang Habibie.

Baca juga: Merawat Ingatan Kolektif Dalam Istirahat Kata-kata

Selain itu, karakter khas Habibie, mampu dimainkan dengan sangat piawai oleh Reza Rahardian. Seolah yang main di film ini benar-benar Habibie yang asli. Reza pun mampu membangun chemistri dengan Bunga Citra Lestari yang berperan sebagai Ainun.

Saya pun tak menutupi bahwa ada detail-detail minor dalam film ini, terutama di bagian suasana Bandung di era 60-an. Pasalnya ada sejumlah iklan yang tak relevan ketika masa itu. Hal ini juga menandakan bahwa masih ada kekurangan di industri film kita terutama untuk adegan yang menampilkan suasana masa lalu.  

Lalu riasan make up yang kurang bagus membuat Habibie tampak sedikit berbeda di beberapa bagian terutama ketika di akhir. Namun kekurangan tersebut bisa dikesampingkan lantaran kisah cinta dua insan yang sangat memukau. Pasalnya kisah cinta romantis layaknya di negeri dongeng ini benar-benar hadir di dunia nyata.

Melalui film ini saya dapat belajar bahwa kesuksesan besar di luar sana diawali dari support system yang terbangun di ruang paling kecil yang bernama pasangan. Habibie dapat merengkuh cita-citanya lewat dukungan sepenuh hati seorang istri yang tak kenal lelah mendampingi dalam berbagai kondisi.

Share your love
Rulfhi Alimudin
Rulfhi Alimudin

Pekerja teks komersial dan penggambar rumah. Berminat sejarah, sastra, sepakbola dan properti.

Articles: 164

12 Comments

  1. Memang ya, kisah Pak Habibie dan Bu Ainun sangat menginspirasi, jadi sangat pantas untuk dijadikan film. Daridulu pingin nonton film ini, tapi belum kesampaian. Semoga ada TV yang nayangin lagi hehe.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *