Pantai Santolo salah satu tempat wisata yang sering dijadikan destinasi liburan masyarakat Bandung Raya. Namun sayang, Pantai Santolo ini berada di Kecamatan Cikelet, Kabupaten Garut, Jawa Barat memiliki sejumlah kelemahan yang harus diperbaiki.
Bagi yang belum tahu, Pantai Santolo bisa ditempuh dari Bandung melalui sejumlah jalur di antaranya via Garut Kota, dan Pangelangan. Jalur terakhir ini sering dijadikan jalur alternatif dan favorit bagi masyarakat Bandung Raya yang hendak ke Pantai Santolo.
Pasalnya jarak tempuh jalur ini relatif pendek dibanding harus ke Garut Kota. Jika menggunakan jalur Pangalengan waktu tempuh sekitar 4-5 jam dengan memakai sepeda motor.
Sekitar dua minggu lalu pun saya berwisata ke Pantai Santolo. Saya menggunakan jalur Pangelangan-Cisewu-Rancabuaya-Santolo. Saya ke sana dengan tiga orang kawan memakai sepeda motor masing-masing.
Ini bukan kali pertama saya mengunjungi Pantai Santolo. Saya tak ingat sudah berapa kali, tapi yang pasti sudah lebih dari lima kali kunjungan.
Dari banyaknya kunjungan ini tentu saya bisa mengukur apakah Pantai Santolo ini terus berkembang atau stagnan.
Saya pikir Pantai Santolo ini berada di fase stagnan. Saya akan membeberkan apa saja yang harus diperbaki agar Pantai Santolo semakin maju dan tidak menjadi pantai wisata nomor sekian setelah Pangandaran.
1. Tiket
Dari sepeninjaun saya mengunjungi tempat wisata di Jawa Barat, urusan tiket atau karcis menjadi masalah klasik. Terutama ketika tempat wisata dikelola swadaya masyarakat atau organisasi masyarakat tertentu.
Harga tiket terkadang tak menentu dan bisa saja melonjak di momen-momen tertentu, terutama ketika musim liburan.
Saya membayar karcis Rp20 ribu untuk satu orang beserta sepeda motor ketika masuk gerbang kawasan Pantai Santolo.
Saya merasa tiket seharga Rp20 ribu itu terlalu mahal untuk Pantai wisata yang minim fasilitas publik. Semisal ada area parkir yang tertata, area duduk santai menikmati birunya laut.
2. Penginapan
Tak ada yang berubah dari segi penginapan sejak terakhir saya ke sini. Penginapan masih dimiliki masyarakat lokal. Tentu ini kabar baik karena karena bisa mensejahterakan warga lokal.
Namun cara masyarakat lokal menawarkan penginapan perlu diperbaiki. Pemasaran penginapan dilakukan secara door-to-door ke para pelancong. Bahkan ketika sampai di gerbang, saya sudah ditawari oleh pria yang mengaku memiliki penginapan.
Saya sebenarnya cukup risih dengan penawaran yang todong seperti ini. Saya berharap penginapan di Pantai Santolo tersedia pilihan secara daring sehingga saya bisa leluasa memilih fasilitas yang diinginkan.
Pasalnya saya kerap menemukan fasilitas penginapan yang hanya menjadi aksesoris seperti tv tidak menyala, ac tidak ada remotenya. Selain itu booking secara daring meminimalisir pelancong kehabisan penginapan.
Baca juga: Definisi Camping Ceria Serta Syarat yang Harus Dipenuhinya
3. ATM
Sangat disayang rasanya sebuah tempat wisata tidak memiliki galeri ATM bank-bank negeri dan swasta di Indonesia. Padahal menurut saya kehadiran ATM disebuah tempat wisata tergolong penting.
Pasalnya pasti ada satu momen pelancong harus menarik uang tunai untuk keperluan membeli buah tangan. Jika tidak memungkinkan untuk menghadirkan ATM, maka opsi pembayaran virtual seperti QRIS, OVO, GoPay patut dipertimbangkan.
Dari ketiga hal tersebut saya pun berpikir bahwa ternyata pengelolaan wisata yang dilakukan secara swakelola oleh masyarakat cenderung lambat. Baik dari segi fasilitas, pelayanan hingga lainnya.
Saya pikir seharusnya pemerintah mulai rajin menggelar edukasi pengelolaan wisata terutama di daerah-daerah seperti di Pantai Santolo ini. Semoga saja kunjungan berikutnya telah ada yang diperbaiki dari Pantai Santolo dan bisa bersaing dengan Pantai Pangandaran.