Terimakasihku Teruntuk Cilok

Ijinkan saya memperkenalkan diri kepada para jamaaah mojokkiyah yang dirahmati dan penuh cinta. Saya adalah pegawai yang tidak tetap di kantor internet marketing di Kota Bandung. Akhir-akhir ini dilingkungan tempat saya kerja sedang terjadi migrasi besar-besaran para pedagang kuliner. Ini bukan terjadi karena siklus tahunan tetapi lebih disebabkan karena telah dibukanya sekolah dasar baru  di dekat tempat saya kerja.  Jarak sekolah dasar dengan  tempat saya kerja relatif dekat mungkin cuma berjarak lima langkah langsung nyampai tak perlu kirim surat atau smsan aweuu.

Ini bisa dibilang sebagai kabar buruk ataupun kabar yang tidak buruk amat. Kabar tidak buruk amatnya saya tidak perlu jauh-jauh ke SD di seberang jalan melewati kereta api lalu berjalan diatas air kemudian melompat di lingkaran api untuk membeli sebungkus cilok isi daging ayam favorit saya. Karena dalam waktu dekat cilok favorit saya akan segera membuka gerai terbaru berupa gerobak dorong yang dilengkapi dengan seorang lelaki paruh baya dengan kompor dan non Wi-Fi tentunya. Kabar buruknya dapat dipastikan pengeluaran saya di tiap bulan akan semakin membengkak mengingat akses pembelian cilok semakin mudah.

Eh ngomoong-ngomong para jamaah mojokkiyah tahu yang disebut cilok itu apa?.
Kalo belum tahu mari kita simak dulu liputan investigasi mengenai pembuatan cilok. Cilok pada dasarnya terbuat dari aci (tapioka) yang dibentuk bulat-bulat serupa baso namun memiliki tekstur kenyal –kenyal. Cilok ini diisi dengan daging ayam ataupun daging sapi dan tentunya tidak menggunakan “daging babi karena babi itu haram dan dilarang”. Cilok ini dapat ditemukan didalam sekantong plastik yang berlumuran bumbu kacang, dengan tusuk sate sebagai penusuknya. Oleh karena tusuk sate ini  lah dinamakan cilok (aci dicolok a.k.a ditusuk).
Mengikuti perkembangan jaman yang semakin cepat, secepat signal 4G. Cilok bertransformasi dengan semakin beraneka ragam isinya. Ada yang bisa ditemukan dengan isi keju, telur,sosis,maupun cengek a.k.a cabe rawit serta yang paling terbaru cilok isi foto mantan yang akan membangkitkan kenangan masa lalu. Woii move on woii.
Tak jarang juga jajanan cilok sudah dapat ditemukan diwarung-warung kuliner yang berada di pusat-pusat perbelanjaan  Kota Bandung. Yang tentunya akan meningkatkan derajat cilok sebagai jajanan tradisional beranjak menuju jajanan kelas menengah ke atas. Yang mungkin suatu saat akan mengalahkan ketenaran fitsa hats.  
Oleh karena itu saya dan para jamaah mojokkiyah seharusnya dapat menjadikan cilok sebagai suri teladan. Karena cilok ini bisa dikatakan jajanan tradisional khas Sunda namun mampu bertahan di jaman modernisasi dengan tetap memegang teguh prinsip kecilokannya. Dari sini kita bisa ambil pelajaran bahwa untuk menjadi seseorang itu tak perlu menjadi orang lain tetaplah menjadi diri sendiri, gali terus potensi diri dan selalu tetap semangat meraih apa yang di impikan .
Karena Ciloklah saya dapat bertahan sampai dengan sekarang. Maka dengan ini ijinkan saya mengucapkan terima kasih yang teramat dalam untuk cilok atas semua pelajaran yang telah kau berikan.
Catatan :
Tulisan ini gagal menembus barikade redaksi mojok.com
sekian dan terima kasih
Share your love
Rulfhi Alimudin
Rulfhi Alimudin

Pekerja teks komersial dan penggambar rumah. Berminat sejarah, sastra, sepakbola dan properti.

Articles: 164

No comments yet

Leave a Reply