“Anak itu berubah, menjadi kepribadiannya sendiri, bukan lagi bagian dari orang tuanya. Seperti kata Kahlil Gibran, Anakmu Bukan Milikmu.”
Ucapan tersebut terlontar dari Yan (Alex Komang) kepada asisten pribadinya Jaka (Agus Ringgo) setelah melihat sikap anak-anak Yan yang sudah dewasa. Ketika anak tumbuh dewasa tentu pemikirannya kian bertumbuh mengikuti zaman dan lingkungan tempat mereka berada. Orang tua tidak bisa memaksa anak-anaknya untuk menjadi apa yang mereka pinta, sebab mereka sudah mampu berpikir mandiri untuk menentukan nasibnya sendiri.
Melalui film Sebelum Pagi Terulang penonton dapat melihat tentang permasalahan yang dihadapi satu keluarga mapan. Di mana permasalahan yang bermula dari keluarga dan diselesaikan oleh keluarga. Hal ini menyangkut tentang nilai-nilai kehidupan yang meliputi kejujuran dan keterbukaan.
Permasalahan dimulai ketika Satria (Fauzi Baadilla) yang meminta “jatah” proyek pembangunan pelabuhan dari ayahnya. Tentu Yan sebagai pejabat pemerintah yang lurus tidak mungkin mengabulkan hal tersebut. Kendati begitu Satria berhasil memenangkan tender berkat bantuan Hasan anggota DPR untuk menyuap Himawan, atasan Yan. Satria pun mengajak kakaknya, Firman (Teuku Rifnu Wikana) yang saat itu tengah menganggur dan baru bercerai dengan istrinya. Firman menjadi kurir yang mengantar sejumlah kiriman uang ke orang-orang berkepentingan.
Baca juga: Diam Tak Lagi Emas, Lantas Apa Donk?
Berubahnya tingkah laku kedua anaknya sudah tercium oleh Yan maupun Ratna. Apalagi dalam sekejap Satria membelikan mobil baru untuk ibunya. Dalam hal ini Satria seolah ingin membuktikan bahwa ia adalah anak yang berhasil terutama dari segi finansial. Namun apa yang dilakukan Satria selalu salah, dan parahnya ia gagal menangkap apa yang salah itu.
Sementera Firman selaku anak sulung merasa gagal untuk diandalkan oleh keluarga. Lantaran ia selalu bercermin terhadap kesuksessan adiknya secara finansial. Sementara anak paling bungsu, Dian (Adinia Wirasti) harus mendapatkan kenyataan pahit dibohongi oleh Hasan sehingga ia gagal menikah.
Komunikasi Antar Anggota Keluarga
Dalam film ini saya melihat ada rantai yang terputus di keluarga, yakni komunikasi. Yan dan Ratna gagal menkonversi idealisme dan integritas yang dijunjungnya kepada anak-anaknya. Mereka merasa takut untuk menyampaikan nilai-nilai baik tersebut. Dalam satu momen Ratna telah diingatkan oleh Soen (Maria Oentoe) bahwa Satria bisa menjadi bom waktu yang menyeret seluruh anggota keluarga dalam masalah.
Kerenggangan komunikasi antara orang tua dan anak semakin terlihat. Terutama ketika Yan dan Ratna tak mampu lagi mengontrol apa yang dilakukan anak-anaknya. Menuju akhir adegan kita disadarkan bahwa kebersamaan bisa membuat komunikasi berjalan lancar. Ini terlihat ketika Jaka yang lebih banyak menghabisksan waktu bersama Yan berhasil menangkap pesan tentang integritas dan idealisme yang harus dijunjung oleh manusia.
Pada akhirnya lewat film ini kita harus sadar bahwa keluarga harus hadir sebagai naungan dan jembatan yang akan memastikan bahwa apa yang dilakukan anggota keluarga berada di jalan yang benar. Melalui komunikasi dua arah dan saling terbuka akan menghindarkan anggota keluarga dari permasalahan pelik seperti korupsi. Karena korupsi bisa menimpa siapa saja yang diawali dari benih-benih ketikdakjujuran.
hhmmmm, keluarga yang sedang di uji.Tapi susah sih kalau udah nggk jujur, susah.. Soalnya satu kebohongan pasti bakal ngebuntut kebohongan yang lain…
Bener sekali kaya gali lubang tutup lubang.