Pagi ini saya disapa dengan rintikan hujan yang seolah memanggil saya untuk kembali menarik selimut, karena hujan tak sendiri dia membawa serta kedinginan. Namun saya nampaknya harus menghiraukan ajakan dia untuk kali ini. Karena saya sudah mempunyai kegiatan bersama Komunitas Aleut untuk pagi ini. Yah saya bersama anak-anak aleut akan menjelajahi daerah di Bandung selatan dan ada 3 tempat yang akan akan ditelusuri yaitu Tjikembang-Kertasari dan Situ Cisanti.
Namun untuk ngaleut kali ini saya tidak berkumpul di kedai jalan Solontongan 20D, saya menunggu di daerah Ciparay yang kebetulan akan terlewati oleh para penggiat Aleut. Jam Menunjukan pukul 9.00 dan saya sudah tiba didepan Masjid Raya Ciparay tempat dimana saya melakukan sebuah perjanjian dengan mimin Aleut, sebagai tempat saya bergabung dengan rombongan. Sesekali saya meneropong kearah ujung jalan memastikan hilal sudah terlihat apa belum, eh memastikan rombongan aleut sudah terlihat apa belum. Tak lama kemudian saya mendengar suara bisikan memanggil nama saya, ternyata panggilan itu dari penggiat aleut yang memberitahu saya untuk bergabung bersama rombongan.
|
Cukup 20 km/jam saja |
Segeralah saya bergabung dengan rombongan, jalanan ciparay- pacet pun dilewati. Jalanan khas perbukitan yang berkelok yang diiringi tanjakan dan turunan dilewati. Sepanjang perjalananpun saya disuguhkan dengan pemandangan yang cukup menyegarkan mata, hamparan perkebunan dan pohon menghijaukan mata saya. Diperjalanan rombongan berhenti sejenak di sebuah warung pinggir bukit sembari istirahat, disana rombongan dijelaskan oleh abang kita tercinta Ridwan Hutagalung mengenai kondisi alam sekitar sana yang dulunya hutan sekarang dijadikan ladang warga, dan menyempitnya aliran sungai citarum disekitarnya, bahkan dari sudut warung terlihat juga gunung rakutak yang dulu sempat dijadikan tempat persembunyian gerombolan Kertosuwiryo. Setelah istirahat dan penjelasan dirasa cukup, para penggiat melanjutkan perjalanan lagi.
Sejam terlewati saya dan rombongan tiba di penjelajahan pertama, yap di Tjikembanglah tujuan pertama kami. Disini dulunya dijadikan perkebunan Kina dan pabrik pengolahan kina yang dulu sempat berjaya di seantero priangan. Namun sekarang Tjikembang dijadikan tempat pembibitan dan pengolahan kopi robusta yang lebih menjanjikan secara ekonomis. Hanya tinggal reruntuhan tembok bangunan pabrik pengolahan kina yang setia menjadi saksi dimasa lampau dan sekarang tentang kina Di Tjikembang. Namun ada yang saya sesali di Tjikembang ini saya tak menemukan Kembang Desa yang akan memanggil saya aa, saya hanya menemukan ibu-ibu perkasa yang bersiap keladang dan memanggil saya ujang.
|
Tembok Pabrik Kina , Tjikembang |
Setelah dipuaskan di Tjikembang saya melanjutkan perjalanan ke tujuan selanjutnya Kertasari. Kertasari ini tidak punya hubungan intim dengan kue Kartika Sari ataupun Artis seksoy Kartika Putri yah. Ini nama kecamatan yang berada Bandung Selatan yang mayoritas warganya sebagai petani ataupun buruh tani. Tujuan kita ke kertasari adalah mengunjungi pabrik teh yang sudah berdiri sejak tahun 1920. Kuat banget yah saya aja berdiri sejam udah pegal ini dari tahun 1920 sampai sekarang masih berdiri, super sekali. Okay lanjut ya, kita ke pabrik ini bukan untuk melihat produksi teh itu sendiri, tapi di pabrik ini masih menyimpan benda-benda yang mempunyai nilai history . Namun sangat disayangkan kami tidak bisa melihatnya. Kamipun hanya bisa berkeliling di luar pabrik teh ini saja.
|
Pabrik Teh Kertasari, berdiri sejak 1920 |
Setelah kami puas berphoto ria disekitaran pabrik ini, kami melanjutkan perjalanan menuju situ Cisanti. Situ yang menjadi hulu dari sungai terbesar di Jawa Barat in. Di situ ini juga terdapat petilasan Dipatiukur, Beliau adalah bupati Bandung pada abad 17 dibawah kerajaan Mataram. Setibanya di situ ini kami berkumpul sejenak untuk mendengarkan penjelasan singkat mengenai Cisanti ini. Nama Cisanti ternyata nama sungai kecil dibelakang situ ini, entah kenapa nama itu yang dipakai bukan Citarum. Setelah penjelasan dirasa cukup rombongan berpencar, ada sudah yang mengicar spot dermaga yang jadi tempat ciamik buat berpoto apalagi bersama pasangan. Saya lebih memilih memutari situ untuk menuju tempat mata air situ ini muncul. Ceuk sunda na mah tempat ngaburialna cai. Lokasi mata air itu terdapat di ujung situ ini, mata air ini dijaga oleh seorang putra daerah yang sudah turun temurun menjaga kelestarian sumber mata air ini. Dan mata air ini bisa langsung diminum dan sangatlah menyegarkan. Terlihat juga ditengah situ beberapa warga memakai ban sembari memancing ikan. Tak terasa sore telah tiba rombongan berkumpul dulu di sebuah gubug untuk sharing pengalamannya selama perjalanan kali ini. Setelah beres sesi sharing kami pun bergegas untuk bersiap pulang karena matahari pun telah bersiap untuk berganti shift dengan sang bulan.