Apa Itu Gig Economy?

Gig economy, yang juga dikenal sebagai ekonomi berbagi atau ekonomi akses, sangat bergantung pada posisi sementara dan paruh waktu yang diisi oleh kontraktor independen dan pekerja lepas, bukan karyawan tetap penuh waktu.

Pekerja gig memiliki fleksibilitas dan kemandirian, tetapi sedikit atau tidak memiliki jaminan kerja. Dalam ekonomi gig, pengusaha menekan pengeluaran karena mereka tak perlu menyediakan tunjangan seperti asuransi kesehatan dan waktu liburan berbayar.

Jenis Pekerjaan Gig Economy

Dilansir dari Investopedia, gig economy adalah pasar tenaga kerja yang dicirikan oleh pekerjaan sementara, kontrak, dan lepas, bukan posisi permanen. Orang memperoleh uang dari menyediakan pekerjaan, layanan, atau barang sesuai permintaan.

Berbagai macam posisi termasuk dalam kategori gig. Pekerjaan tersebut dapat berkisar dari mengelola persewaan jangka pendek, bimbingan belajar, menulis coding, mengemudi untuk layanan berbagi tumpangan, mengantarkan makanan, atau menulis artikel lepas.

Perguruan tinggi dan universitas memangkas biaya dan menyesuaikan profesor dengan kebutuhan akademis mereka dengan mempekerjakan lebih banyak profesor tambahan dan paruh waktu.

Ekonomi gig mengalami peningkatan signifikan pada tahun 2020. Lockdown COVID-19 memaksa orang untuk bekerja dari rumah dan lebih mengandalkan pembelian barang dan layanan daring, dan tren ini berlanjut ketika pembatasan dicabut.

Sisi Buruk Gig Economy

girl with glasses work laptop stress gig economy overworked

Tren ekonomi gig dapat mempersulit karyawan penuh waktu untuk mengembangkan karier dan membangun reputasi jangka panjang. Ekonomi gig sering dikaitkan dengan terkikisnya hak-hak pekerja, hilangnya asuransi kesehatan, serta pembayaran cuti sakit dan liburan.

Pengusaha tidak terlalu tertekan untuk membayar upah yang lebih tinggi. Membuka lowongan pekerjaan bagi orang-orang yang tinggal di mana saja di dunia, termasuk tempat-tempat yang biaya hidupnya jauh lebih murah, memungkinkan pengusaha untuk mencari tempat dengan upah yang lebih rendah.

Fleksibilitas bekerja gig dapat mengganggu keseimbangan kehidupan kerja, pola tidur, dan kehidupan sehari-hari. Hubungan jangka panjang antara pekerja, pengusaha, klien, dan vendor dapat terkikis. Hal ini dapat menghilangkan manfaat membangun kepercayaan jangka panjang, praktik adat, dan keakraban dengan klien dan pengusaha.

Pekerjaan sementara, lepas, dan paruh waktu, yang secara kolektif dikenal secara informal sebagai gig economy, memberi pekerja lebih banyak fleksibilitas dan memungkinkan perusahaan memangkas biaya tertentu.

Sementara pengusaha menghemat uang untuk tunjangan kesehatan atau waktu liburan berbayar, pekerja pertunjukan harus menanggung semua biaya bisnis dan pribadi serta melaporkan semua penghasilan dalam pengembalian pajak mereka.

Share your love
Arif Abdurahman
Arif Abdurahman

Pekerja teks komersial asal Bandung, yang juga mengulik desain visual dan videografi. Pop culture nerd dan otaku yang punya minat pada psikologi, sastra, dan sejarah.

Articles: 269