Bunga Baru Para Hama

Saya sama sekali tak mengingat kapan mula-mula dia bergabung bersama Komunitas Aleut. Mungkin penyebabnya adalah karena ingatan saya payah, atau bisa juga karena saya bukanlah si tukang arsip. Padahal yang sedang saya coba ingat ini adalah seorang perempuan. Perempuan dengan kacamata tebal, muka yang selalu serius, dan jarang senyum: mengingatkan pada seorang kutu buku di film-film layar lebar. Dia juga memiliki nama agak kebarat-baratan yang mengingatkan saya pada lagu The Rolling Stone.
Walaupun saya tak mengingat awal pertemuan dengannya, bukan berarti tak ada yang saya ingat tentang dia. Dia adalah salah satu manusia yang sedikit bicara dan sekalipun bicara sangatlah irit. Kenapa saya bisa berkata seperti itu, karena ketika punya kesempatan ngobrol dengannya, dia selalu menjawab setiap obrolan dengan kalimat-kalimat singkat yang memutuskan obrolan. Rasanya saya dibuat kehabisan topik dan terus begitu.
Saya cukup memakluminya, mungkin karena pertama kali ngobrol dengan saya makanya dia cukup canggung. Namun di kali kedua ngobrol dengannya, dia masih tetap canggung padahal sudah jelas saya tidak ada niat untuk memakannya, suerr beneran.
Belakang ini dia terlihat cukup aktif berkegiatan bersama Komunitas Aleut. Seperti dalam kegiatan ngaleut, kelas literasi ataupun nonton film di Kedai Preanger. Bahkan dia juga memberanikan diri untuk ikut momotoran dari Bandung ke Bayah yang diselenggarakan Komunitas Aleut bersama Tim Djelajah Priangan. Sebelumnya dia ragu untuk ikut, mengingat jarak tempuh yang cukup jauh. Dan yang paling dia khawatirkan adalah rasa bosan selama di perjalanan karena akan duduk di motor lebih dari 9 jam. Nyatanya, semua ketakutan yang dia bayangkan dapat ditaklukan. “Karena kamu punya kemampuan itu, hanya saja kamu tidak percaya diri saja, nak”.
Salah satu cara yang dia lakukan untuk menghapus kebosanan selama di atas motor adalah dengan melakukan gerakan senam yang ujung-ujungnya menjadi gaya renang. Selain gerakan renang yang begitu fenomenal, dia juga punya jurus jitu lainnya, yakni dengan membuat video sepanjang jalan guna mengusir ngantuk dan bosan. Dan yang paling mengejutkan lagi adalah sangat lancar ketika berbicara sendiri di belakang kamera sebagai pengisi suara.
Tentu mendengar dia sangat fasih berbicara di belakang kamera, bertolak belakang sekali ketika ia harus ngobrol dengan orang baru yang temuinya. Selain itu, dia juga punya ketertarikan lebih mengenai martial art: seni bela diri yang biasa kalian tonton di tengah malam dalam cara UFC.
Tidak sampai di situ kejutan yang dia berikan, semenjak pulang dari momotoran Bandung-Bayah: dia lebih sering tersenyum daripada kerung. Semakin sering tersenyum, semakin sering juga dia mengeluarkan aura positif yang menghipnotis para lelaki. Saya pun baru tersadar ternyata senyuman dia sangat manis. Maka mulai dari detik ini tetaplah tersenyum, karena senyumanmu mulai mendapat perhatian dari para hama yang sudah kehilangan bunganya yang sibuk dengan urusan keduniawian. [Upi]
Pertama kali tayang di pustakapreanger.com
Share your love
Rulfhi Alimudin
Rulfhi Alimudin

Pekerja teks komersial dan penggambar rumah. Berminat sejarah, sastra, sepakbola dan properti.

Articles: 164

Leave a Reply