Berbagi kecerian bersama Open Trip © Upi |
Aku dan tiga teman dari Aleut, yakni Windi, Putri dan Rizka diundang dalam kegiatan Cheerful Trip yang diadakan oleh start up bernama Open Trip. Start up yang bergerak di bidang teknologi sedang mengembang sebuah aplikasi berupa market place yang akan mempertemukan si pembuat trip dan si travelers. Dalam rangka memperkenalkan aplikasi ini, Open Trip menggandeng tour agency Ekspedisi Nusantara untuk mengadakan kegiatan ini.
Kami pun bertemu dengan teman-teman dari My Trip My Adventure, dan travelers lainnya. Kegiatan ini juga turut dimeriahkan oleh Rizal yang dikenal sebagai travel Influencer dan Irham Faridh atau lebih familiar dijuluki akang bolang sebagai Travel Blogger.
Kami pun bertemu dengan teman-teman dari My Trip My Adventure, dan travelers lainnya. Kegiatan ini juga turut dimeriahkan oleh Rizal yang dikenal sebagai travel Influencer dan Irham Faridh atau lebih familiar dijuluki akang bolang sebagai Travel Blogger.
Floating Market menjadi tujuan wisata kami. Acara ini dipadu-padakan dengan kegiatan sosial, dimana mengajak anak-anak dari Yayasan Kasih Anak Kanker Indonesia (YKAKI). Setiap traveler akan menemani satu orang anak dari YKAKI untuk bermain di Floating Market. Aku sendiri kebagian menemani bocah kecil yang pipinya tembem dan menggemaskan. Namanya Nazril. Sebelum kami menjelahi wahana di Floating Market. Kami semua diberi misi untuk mengumpulkan potongan stiker. Yang di mana jika dapat mengumpulkan semua potongan stiker akan diganjar sebuah hadiah. Setelah mendengar instruksi kami langsung menuju kota mini salah satu tempat yang ada di Floating Market.
Kota mini di Floating Market © Upi |
Kota mini adalah miniatur sebuah kota yang di mana anak-anak bisa berperan sebagai orang dewasa dan melakukan kegiatan orang dewasa. Aku dan Nazril masuk ke kantor polisi untuk mencari potongan stiker, tapi kami tak mendapatkannya. Kami pun masuk ke wahana selanjutnya berupa dapur, dan kami masih tetap tak menemukan stiker itu. Keluar dari dapur Nazril melihat sebuah motor yang terparkir di depan. Bocah gembil asal Cianjur pun berbisik kepada ku. Ia ingin naik motor. Nazril sangat senang naik motor ia berkeliling kota dengan motor yang ia sewa. Motor mainan tersebut ternyata sama payahnya dengan motor temanku di Aleut yang tak mampu menaklukan tanjakan. Hingga aku harus turun tangan dan mendorongnya.
Momotoran © Upi |
Setelah puas dengan main motor-motoran, Nazril kebingungan mencari kak Nanda. Oh iya aku belum perkenalkan siapa kak Nanda pada kalian. Kak Nanda ini adalah kakak pengajar dari YKAKI yang sama gembilnya dengan Nazril. Bahkan beberapa kali Nazril bilang kak Nanda gendut, padahal ia sendiri gendut. Setelah mengaktifkan radar Neptunus, radar tersebut memberitahukan bahwa Kak Nanda sedang berada di area playground. Benar saja ia berada di sana dan tengah asyik melakukan boomerang. Kami pun segera ke sana.
Setibanyanya di area playground, tujuan Nasril langsung berubah, bukan lagi Kak Nanda tapi lebih memilih seekor kambing jantan yang bisa dinaiki, pesona Kak Nanda saat itu kalah sama seekor kambing. Sembari Nazril sibuk dengan kambingnya, aku dan beberapa temannya lainnya melakukan kegiatan sunah muakad: boomerang. Tak hanya main bersama kambing, di area playground ini terdapat permainan lainnya seperti perosotan, bis kecil Tayo dan trampoline. Setelah bosan dengan kambing jantan, Nazril menuju bis kecil biru yang bernama Tayo dan main trampoline. Beberapa kali tubuh gempalnya memberi hambatan serius untuk Nazril melompat, ia pun lebih banyak ngagoler daripada loncat-loncatan.
Main trompoline © Upi |
Bis kecil Tayo © Upi |
Setelah area playgound kami memutuskan untuk pergi memancing. Tak hanya berbakat dalam bermotor, Nazril piawai juga melemparkan pancingannya. Ia mendapatkan lebih dari 10 ekor ikan yang bisa ditukar dengan hadiah. Ia memilih hadiah fingerspiner. Selepas memancing dia pengen naik motor untuk kedua kalinya. Jika kamu sudah besar kamu harus momotoran bareng Aleut Nak. Ketika momotoran ia mendengar bunyi sirine, lantas menanyakan padaku “bunyi apakah itu”, aku jelaskan bahwa itu suara dari pemadam kebakaran. Ia pun bilang bahwa ia ingin jadi pemadam kebakaran. Belum sempat memadamkan api, panitia datang dan menyuruh kakak-kakak dan adik-adiknya berkumpul untuk naik kereta api. Nazril memilih di gerbong belakang yang diisi dengan kolam bola. Nazril tak ingin naik kereta sendirian, dia menyuruh aku untuk naik kereta. Tentu aku naik di gerbong yang ada kolam bolanya, tapi asli, sueerr, aku tak berada di kolam bola itu ko. Aku duduk di dekat pintu kaya kondektur gtu deh. Nazril berenang dalam lautan bola, tubuh gempalnya memaksa dia tenggelam dalam ratusan bola. Ia pun sering kali meminta bantuanku untuk menyelamatkannya. Tapi lama kelamaan ia mulai terbiasa dan bisa ke permukaan dengan sendirinya.
Gerbong yang penuh dengan bola © Upi |
Kereta api sudah tiba di tempat semula, menandakan kami harus segera turun dari kereta. Mungkin ia lelah, Nazril minta di gendong. Dengan sisa-sisa kekuatan yang belum makan siang ini. Aku gendong Nazril. Sambil menunggu makan siang, kami diberikan tugas untuk mewarnai. Nazril memilih untuk mewarnai kelinci. Hanya mewarnai bagian kakinya saja, Nazril sudah tak bersemangat. Ternyata kantuk menyerang. Naluri kebapaan aku tergerak, aku gendong dia. Benar saja tak lama setelah digendong, ia mulai tertidur.
Nazril sedang mewarnai © Upi |
Nazril masih di gendong. Seorang wanita berhijab mendatangiku. Aku kira ia merasa iba dan ingin membantu untuk menggendong Nazril, ternyata ia menghampiriku untuk mewawancaraiku. Ia adalah seorang jurnalis dari media kampus Universitas Pendidikan Indonesia (UPI). Sembari aku menggendong Nazril, wanita berhijab ini melancarkan pertanyaan-pertanyaan kepadaku sambil merekam lewat ponsel pintar. Mulai dari tanggapanku terhadap kegiatan ini, sampai perasaanku setelah melihat anak-anak yang terkena kanker.
Pertanyaan selesai aku jawab. Nazril masih tertidur pulas dalam pangkuanku. Seorang wanita kembali menghampiriku. Wanita yang merupakan ibunya Nazril membantuku memindahkan Nazril ke meja kosong agar ia bisa tidur lebih leluasa. Setelah itu aku langsung menyambar nasi bungkus yang daritadi sudah melambai-lambai. Aku pun segera menyantap makanan dalam box yang dimasak langsung oleh YKKAI. Makanan tanpa MSG.
Benar saja perut kenyang, hati senang, mata pun ngantuk. Sambil ngantuk aku mendengarkan penutupan dari panitia. Setelah semua selesai, kami semua bergegas menuju bus. Begitu juga Nazril yang terpaksa dibangunkan. Di dalam bus Nazril kembali menyebut-nyebut nama Kak Nanda. Ia pengen dekak Kak Nanda. Aku pun mencari tempat duduk yang dekat dengan kak Nanda. Nazril yang tidur nya terganggu kembali mengantuk, ia pun pindah ke dekatku dan menyandarkan kepalanya pada pahaku. Ia pun kembali tertidur.
Sesampainya bus di Jalan Curie. Aku untuk kedua kalinya harus membangunkan Nazril. Nazril nampak masih lulungu, hingga aku harus menggendongnya lagi. Digendonglah ia sampai dengan rumah singgah YKKAI. Aku lihat ia senang sekali di gendong.
Terima kasih untuk adik kecilku Nazril. Semoga kamu cepat sembuh dan selalu ceria. Nanti kakak akan mengunjungi kamu dan bermain lagi. Kakak harap saat kita berjumpa lagi pipimu masih tetap cabi, agar semua orang yang melihatmu tetap gemas. Kamu tahu sendiri banyak sekali yang memuji pipimu dan menghadiahinya dengan sentuhan lembut yang mendarat ke kulitmu. Nazril telah banyak memberikan pelajaran untuk kaka, agar tetap ceria, semangat dan selalu bersyukur di kondisi apapun. Sekali lagi terima kasih Nazril.
Teman-temanku yang manis © Upi |