Andai Tak Ada Lagi Rekrutmen CPNS, Hilang Asa Munculkah Motivator

Lowongan CPNS Kemenkeu Sri Mulyani

Salah satu kesenangan aparatur negara saat ini adalah memberi kejutan bagi rakyatnya. Beberapa hari yang lalu kita dikejutkan dengan Kementerian Pertanian (Kementan) yang mewartakan produk kalung penangkal virus corona.

Respon dari terciptanya kalung berbahan eucalyptus (kayu putih) beragam. Ada yang meragukan fungsinya, terlebih kalung ini belum teruji secara akademik. Ada juga yang beranggapan bahwa ini tak ubahnya sebuah jamu. Yah diterima saja sebagai alat terapi alternatif.

Mungkin ini apa yang disebut pak Jokowi bahwa bahwa semua harus merasakan kondisi krisis. Sehingga apapun kementeriannya semua harus turut mencari solusi mengatasi pandemi covid-19. Karena ini permasalahan serius harus ditangani serius, jangan asal kerja. Apalagi kerja dari rumah serasa cuti.   

Beranjak ke kementerian lainnya. Tepatnya datang dari kementerian tempat ibu Sri Mulyani mengabdi. Kendati begitu kejutan ini tidak ada hubungan langsung dengan covid-19. Kementerian Keuangan (Kemenkeu) akan melakukan pemberhentian sementara perekrutan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) dan mahasiswa STAN (Sekolah Tinggi Akuntasi Negara) mulai tahun 2020-2024.

Kabar ini memang tak terlampau mengejutkan sebagaiamana kalung penangkal corona. Namun cukup membuat lulusan Sarjana Ekonomi dan para lulusan SMA tahun ini mengernyitkan dahi. Lantaran salah satu pintu bekerja di kementerian tertutup sementara.

Baca juga: Sosial Branding Ala Pejabat, Di Mana Pun Selalu Ada Bayangmu

Keputusan tersebut berlandaskan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 77/PMK.01/2020 tentang Rencana Strategis Kementerian Keuangan Tahun 2020-2024, yang menyebutkan akan diterapkannya minus growth dalam hal jumlah pegawai.

Sehingga dalam kurun waktu empat tahun itu nantinya bakal ada pegawai yang pensiun atau dikeluarkan. Selain itu lewat kebijakan ini diharapkan mendorong Kemenkeu menjadi institusi yanng lebih ramping dan efisien karena memaksimalkan bantuan teknologi.

Di sisi lain kebijakan ini nampak seperti siasat untuk mewaraskan keuangan kementerian akibat pandemi covid-19. Apa mungkin negara sudah tak ada uang untuk membayar pegawainya, sehingga harus minta sama penduduknya dengan berbagai iuran semisal Tapera. Ups.  

Penutupan perekrutan CPNS tidak menutup kemungkinan diikuti oleh sejumlah kementerian lainnnya. Menurut Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (PANRB) Tjahjo Kumolo mengatakan Badan Kepegawaian Negara (BKN) tengah memperhitungan kementerian mana saja yang tidak memerlukan penambahan PNS.

“Sekarang sedang diiventarisis bersama BKN, kementerian/lembaga mana yang masih perlu pegawai dan mana yang sudah tidak perlu, ucap Tjahjo.

Andai itu benar-benar terjadi, membayangkan empat tahun tanpa penerimaan CPNS. Saya kira para jobsekker tak akan kuat. Bayangkan tiga bulan tanpa adanya lowongan kerja saja sudah menyiksa, apalagi selama itu. Udah kaya pasangan LDR yang tak bisa bertemu.

Kehadiran rekrutmen CPNS setidaknya hadir menjadi asa bagi fresh graduate dan pekerja muda yang bekerja di perusahaan swasta. Lantaran realitanya tidak semua perusahaan swasta memberikan gaji yang layak dan jam kerja yang sesuai. Jadi selalu ada alasan untuk daftar CPNS, hyung.   

Saya memiliki teman yang setiap tahunnya hampir selalu mengikuti ujian CPNS. Ia selalu optimis untuk menghadapi CPNS. Bahkan setiap tahun ia membeli buku panduan mengerjakan soal CPNS. Namun hasilnya ia masih bersama saya menjadi karyawan swasta.

Akan tetapi pasti ada pelajaran yang bisa dipetik, berkali-kali gagal bukan berarti menjadi satu alasan untuk berhenti. Ia beralasan bahwa mengikuti rekruten CPNS adalah salah satu ikhtiar dalam menjaga harapan.

Keinginan menjadi PNS adalah satu upaya menyelamatkan diri dari ketidakberdayaan pemerintah dalam melindungi karyawan swasta. Yah kalo pemerintah peduli ga mungkin malah mendukung Omnisbuslaw yang bikin galau pekerja.  

Baca juga: Nabung Itu Privilese, Apalagi Kalau Masuk Generasi Sandwich

Selain itu suka tidak suka kita sebagai manusia dewasa harus bisa mengelola harapan. Mungkin karena itulah job motivator di negeri ini selalu kebanjiran order. Karena di negeri berfllower, kata-kata motivasi tak ubahnya bunga yang tengah mekar, indah dipandangi dan bikin suka.  

Masih ingat bagaimana pemerintah mendatangkan Merry Riana sebagai juru bicara penanganan covid-19. Hal ini menandakan bahwa pemerintah sangat peduli dengan warganya agar mereka merasa bahagia semu lantaran endorpin meningkat. Dengan begitu semua merasa baik-baik saja.  

Saya juga melihat di timeline sosial media pencarian kerja, Linkedin. Konten-konten bertemakan motivasi lebih laku daripada tips bekerja dengan baik dan benar atau hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan. Jadi sebenernya kita ingin cari kerja atau cari kata-kata motivasi untuk dipamerkan di dinding sosial media?

Maka dari itu saya akan menutup dengan kata-kata motivasi. Meminjam kata-kata dari bu Susi Pudjiastuti bahwa hidupkan terus bergerak. Puncak-puncak pencapaian harus terus diciptakan tiap hari. Maka dari itu terkadang para pekerja harus terus bergerak dari satu perusahaan ke perusahaan lain, atau melompat menjadi seorang PNS.

Meski begitu menjadi pekerja swasta atau negeri sama-sama ada sisi tak menyenangkan. Namun semua bisa diatasi dengan banyak-banyak melihat motivator dan kata-kata bijak. Dengan begitu kamu merasa baik dalam sesaat dan merasa galau kemudian.

Photo by Free To Use Sounds on Unsplash

Share your love
Rulfhi Alimudin
Rulfhi Alimudin

Pekerja teks komersial dan penggambar rumah. Berminat sejarah, sastra, sepakbola dan properti.

Articles: 164

No comments yet

  1. Belakangan realita tentang keputusan-keputusan pemerintah memang bikin urut dada. Mulai dari OMNIBUS law, RUU-PKS yang tidak akan dibahas lagi sampai stop perekrutan CPNS ini. Mungkin karena ini saya setuju dengan jargon Kerja, Pra-Kerja, Dikerjai yang ditayangkan watch doc di yutup, yang beberapa minggu lalu saya tonton tapi nggak sampai habis karena takut dan malas kesal sendiri. Saya kurang cocok dan cengeng soal isu-isu begituan. 74 tahun belum cukup tua untuk umur sebuah negara, mudah-mudahan kedepannya pemerintah mau bekerja serius demi kepentingan rakyatnya, walau saya sanksi, tapi saya masih berharap.

  2. Saya baru denger jargon kerja, Pra-Kerja, Dikerjai. Jargon yang memang sangat cocok dengan kondisi seperti sekarang. Saya juga sebenarnya merasa jengkel mengikuti kasus² seperti di atas, tapi rasa keinginan tahuan saya lebih besar daripada itu. Meskipun seringkali malah berakhir jadi toxic dan overthinking. Semoga saja negara ini akan baik² saja dan jadi lebih baik. Yang mungkin terdengar seperti utopis.

Leave a Reply