Aku dan Maba

Mahasiswa baru

Nampak muka polos dan lugu menghiasi kampusku, wajah  yang belum terjamah dengan kedigdayaan tugas tugas anak teknik yang siap menjadi teman setia. Sudah seminggu yang lalu sidang senat dikampusku berlalu, menandakan babak awal dimulainya perjalanan sang mahasiswa baru. Itu artinya juga aku akan punya adek adek gemes di jurusanku. Tak ada lagi ospek ataupun kegiatan yang berbau perpeloncoan karena sudah beberapa tahun belakang dilarang oleh pihak kampus. Namun kampus menggantinya dengan program pengenalan pembelajaran di perguruan tinggi, bisa dikatakan sebagai pengantar materi kuliah nanti.

Selama program pengenalan tak ada jadwal kuliah untuk mahasiswa hebeul, mahasiswa hebeul hanya mengurus jadwal kuliah atau hanya sekedar numpang ngebul dikampus. Aku termasuk kedalam golongan kedua cuma numpang kebul. Tak banyak yang bisa kulakukan dikampus, hanya membakar batang rokok dan mengobrol dengan kawan ditaman dekat gedung menjadi pengiring menuju senja. Kulihat jam telah menunjukan pukul 3, tak lama berselang keluarlah mahasiswa baru dari gedung. Seperti biasa mahasiswa dijurusanku akan menyapa dan bersalaman dengan kaka angkatannya. Yah mau ga salam gimana toh keluar gedung harus lewat taman yang isinya para veteran, kolonel , kapten kampus ( sebutan untuk  tingkatan yang lebih senior). Ada yang salam dan langsung pulang dan ada juga yang duduk duduk manis di sekitar taman.
Satu persatu maba mulai menghilang bersama kebul damri yang mengiringinya. Nampak pula beberapa maba yang masih duduk santai di sekitaran taman, hanya untuk menghabiskan sisa sorenya atau menunggu mamang gojek yang tak kunjung datang memberi kepastian. Kuhampiri kumpulan maba itu, Nampak muka mereka kaget seperti sedang melihat sesosok makhluk astral saja. “Santai aja de, ga gigit ko’’ kataku, “iya bang” jawab mereka. Aku pun duduk ditengah tengah mereka layaknya seorang pemimpin dengan peci dikepalanya. Ku sampaikan pertanyaan pertanyaan kepada mereka dari nama, asal sekolah sampai alasan mereka terjerumus ke kampusku. Jawaban mereka pun beragam , ada yang menjawab mereka masuk sini karena ikut ikutan teman, jadi tempat belajar sementara karena ga masuk PTN yang diinginkan, ataupun karena paksaan orang tua mereka. ‘’Apapun alasan kalian itu telah jadi pilihan kalian  dan kalian harus bisa mempertanggung jawabkan itu” kataku.
Dan ingat jadi Mahasiswa itu rawan, karena dititik ini mulai ada kebebasan bagi mereka yang tak dirasakan waktu SMA, kalian bisa jadi liar seliar harimau di padang savana. Dititik ini juga kamu akan menentukan diri kamu nanti jadi Superhero layaknya Batman ataukah jadi penjahat sekelas joker.
Foto: scholarofficial[dot]com
Share your love
Rulfhi Alimudin
Rulfhi Alimudin

Pekerja teks komersial dan penggambar rumah. Berminat sejarah, sastra, sepakbola dan properti.

Articles: 164

Leave a Reply